Otomatis

Kita harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita berusaha mengenal orang lain. kita harus mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita mengoreksi orang lain. kita tidak dapat merubah suatu masyarakat, tetapi jika masing-masing kita memperbaiki diri sendiri maka mungkin masyarakat tersebut juga akan berubah dengan sendirinya.

UU Nomor 16 Tahun 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2008
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007
TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2008 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang     :  a.  bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian, guna mencapai Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat;
                         b.  bahwa sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008, telah terjadi berbagai perkembangan dan perubahan keadaan yang sangat mendasar yang berdampak signifikan pada berbagai indikator ekonomi yang berpengaruh pada pokok-pokok kebijakan fiskal dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 sehingga diperlukan adanya perubahan perkiraan atas APBN 2008;
                         c.  bahwa dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2008, perlu segera dilakukan penyesuaian atas berbagai sasaran pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran, serta kebutuhan dan sumber-sumber pembiayaan anggaran, agar menjadi lebih realistis dan mampu mendukung pencapaian sasaran-sasaran pembangunan ekonomi tahun 2008 dan jangka menengah, baik dalam rangka mendukung kegiatan ekonomi nasional  dalam memacu pertumbuhan, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, serta meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat dan mengurangi kemiskinan, di samping tetap menjaga stabilitas nasional sesuai dengan program pembangunan nasional;
                         d.  bahwa pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2008 dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama Pemerintah dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan DPD Nomor 24/DPD/2008 tanggal 27 Maret 2008;
                         e.  bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008;

Mengingat       :  1.  Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 23, Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2.     Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3.     Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007  Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4778);

Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan    : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008.

Pasal  I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4778) diubah sebagai berikut:

1.        Ketentuan Pasal 1 angka 35 dan 36 diubah, sehingga Pasal 1 angka 35 dan 36 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

35. Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan di dalam belanja negara, tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan.
36. Perhitungan persentase anggaran pendidikan adalah perbandingan anggaran pendidikan terhadap keseluruhan belanja negara.

2.     Ketentuan Pasal 2 ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:

 

Pasal 2

(1)   Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran 2008 diperoleh dari sumber-sumber:
a.  Penerimaan Perpajakan;
b.  Penerimaan Negara Bukan Pajak; dan
c.  Penerimaan Hibah.
(2)      Penerimaan Perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperkirakan sebesar Rp609.227.490.000.000,00 (enam ratus sembilan triliun dua ratus dua puluh tujuh miliar empat ratus sembilan puluh juta rupiah).
(3)      Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diperkirakan sebesar Rp282.814.420.373.000,00 (dua ratus delapan puluh dua triliun delapan ratus empat belas miliar empat ratus dua puluh juta tiga ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah).
(4)      Penerimaan Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diperkirakan sebesar Rp.2.948.635.800.000,00 (dua triliun sembilan ratus empat puluh delapan miliar enam ratus tiga puluh lima juta delapan ratus ribu rupiah).
(5)      Jumlah Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran 2008 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (4) diperkirakan sebesar Rp894.990.546.173.000,00 (delapan ratus sembilan puluh empat triliun sembilan ratus sembilan puluh miliar lima ratus empat puluh enam juta seratus tujuh puluh tiga ribu rupiah).

3.  Ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3) diubah, ayat (4) tetap, penjelasan ayat (4) diubah, dan di antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (2a), sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:
                                                                            
Pasal 3
(1) Penerimaan Perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf  a terdiri dari:
a.  Pajak dalam negeri; dan
b.  Pajak perdagangan internasional.
(2) Penerimaan pajak dalam negeri  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperkirakan sebesar Rp580.248.290.000.000,00 (lima ratus delapan puluh triliun dua ratus empat puluh delapan miliar dua ratus sembilan puluh juta rupiah), yang terdiri dari:
a.  Pajak penghasilan sebesar Rp305.015.890.000.000,00 (tiga ratus lima triliun lima belas miliar delapan ratus sembilan puluh juta rupiah), termasuk PPh ditanggung Pemerintah atas komoditi panas bumi dan bunga obligasi internasional sebesar Rp1.300.000.000.000,00 (satu triliun tiga ratus miliar rupiah), yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
b.  Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebesar Rp195.464.000.000.000,00 (seratus sembilan puluh lima triliun empat ratus enam puluh empat miliar rupiah), termasuk PPN ditanggung Pemerintah atas: (i) impor komoditi terigu, gandum, dan minyak goreng dalam negeri sebesar Rp4.900.000.000.000,00 (empat triliun sembilan ratus miliar rupiah) dan (ii) BBM bersubsidi (PT Pertamina), dan pajak dalam rangka impor (PDRI) untuk sektor-sektor tertentu sebesar Rp16.800.000.000.000,00 (enam belas triliun delapan ratus miliar rupiah), yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
c.  Pajak Bumi dan Bangunan sebesar Rp25.266.000.000.000,00 (dua puluh lima triliun dua ratus enam puluh enam miliar rupiah).
d.  Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebesar Rp5.431.200.000.000,00 (lima triliun empat ratus tiga puluh satu miliar dua ratus juta rupiah).
e.  Cukai sebesar Rp45.717.500.000.000,00 (empat puluh lima triliun tujuh ratus tujuh belas miliar lima ratus juta rupiah).
f.   Pajak lainnya sebesar Rp3.353.700.000.000,00 (tiga triliun tiga ratus lima puluh tiga miliar tujuh ratus juta rupiah).

(2a) Penerimaan pajak penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a telah memperhitungkan penurunan tarif PPh Badan dalam negeri sebesar 5% (lima persen), untuk perusahaan masuk bursa dengan jumlah saham minimal 40% (empat puluh persen), yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 beserta penjelasannya juncto Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2007 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka.

(3) Penerimaan pajak perdagangan internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diperkirakan sebesar Rp28.979.200.000.000,00 (dua puluh delapan triliun sembilan ratus tujuh puluh sembilan miliar dua ratus juta rupiah), yang terdiri dari:
a.  Bea masuk sebesar Rp17.820.900.000.000,00 (tujuh belas triliun delapan ratus dua puluh miliar sembilan ratus juta rupiah), termasuk bea masuk ditanggung pemerintah untuk sektor-sektor tertentu yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan sebesar Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah).
b.  Bea keluar sebesar Rp11.158.300.000.000,00 (sebelas triliun seratus lima puluh delapan miliar tiga ratus juta rupiah).
 (4)     Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) adalah sebagaimana tercantum dalam Penjelasan ayat ini.

4.  Ketentuan Pasal 4 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diubah, ayat (6) tetap, penjelasan ayat (6) diubah, dan di antara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (4a), sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:
                                                                            
Pasal 4
(1) Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf  b terdiri dari:
a.  Penerimaan sumber daya alam;
b.  Bagian pemerintah atas laba Badan Usaha Milik Negara; dan
c.  Penerimaan Negara Bukan  Pajak lainnya.
(2) Penerimaan sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperkirakan sebesar Rp192.789.424.468.000,00 (seratus sembilan puluh dua triliun tujuh ratus delapan puluh sembilan miliar empat ratus dua puluh empat juta empat ratus enam puluh delapan ribu rupiah).
(3) Bagian pemerintah atas laba Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diperkirakan sebesar Rp31.244.300.000.000,00 (tiga puluh satu triliun dua ratus empat puluh empat miliar tiga ratus juta rupiah).
(4) Penerimaan Negara Bukan Pajak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diperkirakan sebesar Rp.58.780.695.905.000,00 (lima puluh delapan triliun tujuh ratus delapan puluh miliar enam ratus sembilan puluh lima juta sembilan ratus lima ribu rupiah).
(4a)     Penerimaan Negara Bukan Pajak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah memperhitungkan pengembalian cost-recovery PT Pertamina (Persero) sebesar Rp10.739.660.000.000,00 (sepuluh triliun tujuh ratus tiga puluh sembilan miliar enam ratus enam puluh juta rupiah) yang pengesahan pembukuannya dilakukan melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero) tahun buku 2007 dan besarannya berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan.
(5) Penunjukan pengelola Gelora Bung Karno dan Komplek Kemayoran sebagai Badan Layanan Umum (BLU) dalam rangka optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, sudah harus ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal penetapan Undang-Undang APBN.
(6) Rincian Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun Anggaran 2008 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) adalah sebagaimana tercantum dalam Penjelasan ayat ini.

5.  Ketentuan Pasal 5 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:
                                                                            
Pasal 5
(1)   Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 terdiri dari:
a.  Anggaran belanja pemerintah pusat; dan         
b.  Anggaran transfer ke daerah.
(2)   Anggaran belanja pemerintah pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperkirakan sebesar Rp697.071.006.590.000,00 (enam ratus sembilan puluh tujuh triliun tujuh puluh satu miliar enam juta lima ratus sembilan puluh ribu rupiah).
(3)   Anggaran transfer ke daerah sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) huruf b diperkirakan sebesar Rp292.422.800.083.000,00 (dua ratus sembilan puluh dua triliun empat ratus dua puluh dua miliar delapan ratus juta delapan puluh tiga ribu rupiah).
(4)   Jumlah Anggaran Belanja Negara  Tahun Anggaran 2008 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diperkirakan sebesar Rp989.493.806.673.000,00 (sembilan ratus delapan puluh sembilan triliun empat ratus sembilan puluh tiga miliar delapan ratus enam juta enam ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah).

6.  Ketentuan Pasal 6 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diubah, dan ayat (5) dihapus, sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut:
                                                                            
Pasal 6
(1)   Anggaran belanja pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dikelompokkan atas:
a.  Belanja pemerintah pusat menurut organisasi;
b.  Belanja pemerintah pusat menurut fungsi; dan
c.  Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja.
(2)   Belanja pemerintah pusat menurut organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperkirakan sebesar Rp697.071.006.590.000,00 (enam ratus sembilan puluh tujuh triliun tujuh puluh satu miliar enam juta lima ratus sembilan puluh ribu rupiah).
(3)   Belanja pemerintah pusat menurut fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diperkirakan sebesar Rp.697.071.006.590.000,00 (enam ratus sembilan puluh tujuh triliun tujuh puluh satu miliar enam juta lima ratus sembilan puluh ribu rupiah).
(4)   Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diperkirakan sebesar Rp697.071.006.590.000,00 (enam ratus sembilan puluh tujuh triliun tujuh puluh satu miliar enam juta lima ratus sembilan puluh ribu rupiah).
(5)   Dihapus.

7.  Ketentuan Pasal 7 ayat (2) diubah, dan di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (1a) dan ayat (1b), sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:
                                                                            
Pasal 7
(1)   Perubahan anggaran belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c terdiri dari:
a.    Belanja pegawai;
b.    Belanja barang;
c.    Belanja modal;
d.    Pembayaran bunga utang;
e.    Subsidi;
f.     Belanja hibah;
g.    Bantuan sosial; dan
h.    Belanja lain-lain.
(1a) Tambahan alokasi belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) paling banyak sebesar Rp8.254.000.000.000,00 (delapan triliun dua ratus lima puluh empat miliar rupiah) dari realokasi dana cadangan umum risiko fiskal.
(1b) Dalam rangka pengamanan pelaksanaan subsidi listrik, PT PLN dapat melaksanakan kebijakan tarif untuk pelanggan dengan daya mulai 6.600 (enam ribu enam ratus) Volt Ampere ke atas.
(2)   Perubahan anggaran belanja pemerintah pusat Tahun Anggaran 2008 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dirinci lebih lanjut dalam Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK).

8.  Di antara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 7A dan Pasal 7B, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 7A
(1)   Dalam rangka kesinambungan pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, maka bantuan langsung masyarakat (BLM) dalam program/kegiatan nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) yang terdiri dari program pengembangan kecamatan (PPK),  program penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), program pengembangan infrastruktur pedesaan (PPIP), dan percepatan pembangunan daerah tertinggal dan khusus (P2DTK) dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2008, dapat diluncurkan sampai dengan akhir April 2009 sebagai anggaran belanja tambahan Tahun Anggaran 2009.
(2)   Pengajuan usulan luncuran program/kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam bentuk konsep DIPA Luncuran (DIPA-L) paling lambat pada tanggal 16 Januari 2009.
(3)   Pengaturan lebih lanjut pelaksanaan DIPA-L sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan oleh pemerintah.
(4)   Pemerintah dapat melakukan kontrak dan pembiayaan tahun jamak terbatas sampai dengan tahun 2009 untuk mengatasi keperluan mendesak dan belum terprogram, yang pada tahap awal sumber dananya antara lain berasal dari bantuan sosial penanggulangan bencana.
                                               


Pasal 7B
(1)   Sehubungan dengan akan berakhirnya masa tugas Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias, Sumatera Utara pada bulan April 2009, maka:
a.  Program/kegiatan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Luncuran (DIPA-L) Tahun Anggaran 2008 untuk pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, dapat diluncurkan pelaksanaannya sampai dengan akhir Desember 2008.
b.  Pendanaan untuk penyelesaian program/kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a bersumber dari sisa anggaran dalam DIPA-L Tahun Anggaran 2008.
(2)   Pengaturan lebih lanjut pelaksanaan luncuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh pemerintah.

9.  Di antara Pasal 8 dan Pasal 9 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 8A, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8A
(1)   Untuk kelancaran upaya penanggulangan lumpur Sidoarjo maka alokasi dana pada Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dapat dilakukan pergeseran antarprogram, termasuk untuk pembelian tanah di luar peta area terdampak pada tiga desa (Desa Besuki, Kedung Cangkring, dan Penjarakan), bantuan kontrak rumah, tunjangan hidup, biaya evakuasi, serta biaya operasional dan staf.
(2)      Pergeseran alokasi dana antarprogram sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

10. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 9
(1)   Anggaran transfer ke daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b terdiri dari:
a.  Dana Perimbangan; dan
b.  Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.
(2)   Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperkirakan sebesar Rp278.436.098.789.000,00 (dua ratus tujuh puluh delapan triliun empat ratus tiga puluh enam miliar sembilan puluh delapan juta tujuh ratus delapan puluh sembilan ribu rupiah).
(3)   Dana Otonomi Khusus dan penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diperkirakan sebesar Rp13.986.701.294.000,00 (tiga belas triliun sembilan ratus delapan puluh enam miliar tujuh ratus satu juta dua ratus sembilan puluh empat ribu rupiah).

11. Ketentuan Pasal 10 ayat (2) diubah, ayat (6) tetap, dan penjelasan ayat (6) diubah, sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10
(1)   Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a terdiri dari:
a.  Dana Bagi Hasil;
b.  Dana Alokasi Umum; dan
c.  Dana Alokasi Khusus.
(2)   Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) huruf a diperkirakan sebesar Rp77.726.812.918.000,00 (tujuh puluh tujuh triliun tujuh ratus dua puluh enam miliar delapan ratus dua belas juta sembilan ratus delapan belas ribu rupiah).
(3)   Dana   Alokasi   Umum   sebagaimana   dimaksud      pada ayat (1) huruf b diperkirakan sebesar Rp179.507.144.871.000,00 (seratus tujuh puluh sembilan triliun lima ratus tujuh miliar seratus empat puluh empat juta delapan ratus tujuh puluh satu ribu rupiah).
(4)   Dana   Alokasi   Khusus   sebagaimana   dimaksud    pada ayat  (1) huruf c diperkirakan sebesar Rp21.202.141.000.000,00 (dua puluh satu triliun dua ratus dua miliar seratus empat puluh satu juta rupiah).
(5)   Pembagian lebih lanjut dana perimbangan dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
(6)   Rincian Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2008 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) adalah sebagaimana tercantum dalam Penjelasan ayat ini.

12. Ketentuan Pasal 11 ayat (3) diubah, sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11
(1)   Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b terdiri dari:
a.  Dana Otonomi Khusus; dan
b.  Dana Penyesuaian.
(2)   Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperkirakan sebesar Rp7.510.285.794.000,00 (tujuh triliun lima ratus sepuluh miliar dua ratus delapan puluh lima juta tujuh ratus sembilan puluh empat ribu rupiah).
(3)   Dana Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diperkirakan sebesar Rp6.476.415.500.000,00 (enam triliun empat ratus tujuh puluh enam miliar empat ratus lima belas juta lima ratus ribu rupiah).

13. Ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) diubah, sehingga Pasal 12  berbunyi sebagai berikut:

Pasal 12
(1)   Jumlah Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp894.990.546.173.000,00 (delapan ratus sembilan puluh empat triliun sembilan ratus sembilan puluh miliar lima ratus empat puluh enam juta seratus tujuh puluh tiga ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5), lebih kecil dari jumlah Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 sebesar  Rp989.493.806.673.000,00 (sembilan ratus delapan puluh sembilan triliun empat ratus sembilan puluh tiga miliar delapan ratus enam juta enam ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4), sehingga dalam Tahun Anggaran 2008 diperkirakan terdapat Defisit Anggaran sebesar Rp94.503.260.500.000,00 (sembilan puluh empat triliun lima ratus tiga miliar dua ratus enam puluh juta lima ratus ribu rupiah), yang akan dibiayai dari Pembiayaan Defisit Anggaran Tahun Anggaran 2008.

(2)   Pembiayaan Defisit Anggaran Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp94.503.260.500.000,00 (sembilan puluh empat triliun lima ratus tiga miliar dua ratus enam puluh juta lima ratus ribu rupiah), sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari sumber-sumber:
a.  Pembiayaan dalam negeri sebesar Rp107.616.860.500.000,00 (seratus tujuh triliun enam ratus enam belas miliar delapan ratus enam puluh juta lima ratus ribu rupiah); dan
b.  Pembiayaan luar negeri neto sebesar negatif Rp13.113.600.000.000,00 (tiga belas triliun seratus tiga belas miliar enam ratus juta rupiah).
(3)   Rincian Pembiayaan Defisit Anggaran Tahun Anggaran 2008 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagaimana tercantum dalam Penjelasan ayat ini.

14. Ketentuan dalam Pasal 14 diubah, sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 14
(1)   Dalam keadaan tertentu, Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya dan/atau pengeluaran melebihi pagu yang ditetapkan dalam APBN 2008, yang selanjutnya diusulkan dalam APBN Perubahan dan/atau disampaikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
(2)   Dalam hal terjadi perubahan harga minyak yang sangat signifikan dibandingkan asumsi harga minyak yang ditetapkan, Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan di bidang subsidi BBM dan/atau langkah-langkah lainnya untuk mengamankan pelaksanaan APBN 2008, yang selanjutnya diusulkan dalam APBN Perubahan dan/atau disampaikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

15. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga Pasal 15  berbunyi sebagai berikut:

Pasal 15
(1)   Dalam hal realisasi penerimaan negara tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran negara pada saat tertentu, kekurangannya dapat ditalangi dari dana saldo anggaran lebih (SAL).

(2)   Pemerintah dapat menerbitkan Surat Utang Negara untuk membiayai:
a.  Tambahan defisit anggaran dalam hal realisasi anggaran pendapatan negara dan hibah sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (5), tidak sepenuhnya memenuhi sasaran yang ditetapkan, dan/atau realisasi anggaran belanja negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) melampaui pagu yang ditetapkan sebagai akibat dari keadaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1);
b.  Sisa kurang pembiayaan anggaran dalam hal realisasi pembiayaan anggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (2) tidak sepenuhnya mencapai sasaran yang ditetapkan; dan/atau
c.  Kebutuhan pengelolaan kas bagi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), apabila dana tunai pengelolaan kas tidak cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan awal tahun anggaran berikutnya.

16. Ketentuan Pasal 16 diubah, di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (1a), sehingga Pasal 16  berbunyi sebagai berikut:

Pasal 16
(1)   Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah dalam rangka penyusunan perkiraan Perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008, apabila terjadi:
a.  Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008;
b.  Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
c.  Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarprogram, dan/atau antarjenis belanja;
d.  Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun-tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran Tahun Anggaran 2008.
(1a) Saldo anggaran lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tidak termasuk saldo anggaran lebih yang merupakan saldo kas di Badan Layanan Umum (BLU), yang penggunaannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan sesuai ketentuan yang berlaku dan dilaporkan dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
(2)   Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sebelum Tahun Anggaran 2008 berakhir.

Pasal II


Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
                                                          
                                                      
                                                                 Disahkan di Jakarta
                                                                 pada tanggal 7 Mei 2008
                                                                 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
       DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO





Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
                               ttd
ANDI MATTALATTA



LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 63

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2008
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG  NOMOR 45 TAHUN 2007
 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2008


I.      UMUM
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2008 sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007, dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2008, Kerangka Ekonomi Makro, serta Pokok-pokok Kebijakan Fiskal tahun 2008. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 diarahkan untuk memberikan dorongan terhadap perekonomian dalam batas kemampuan keuangan negara dengan tetap menjaga ketahanan fiskal yang berkelanjutan (fiscal sustainability).
Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008, telah terjadi perubahan dan perkembangan yang cukup berarti pada faktor-faktor internal maupun eksternal yang berdampak signifikan pada berbagai indikator ekonomi makro, yang menjadi dasar perhitungan APBN tahun 2008. Asumsi ekonomi makro yang digunakan dalam APBN tahun 2008 adalah sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi 6,8% (enam koma delapan persen), inflasi 6,0% (enam koma nol persen), rata-rata nilai tukar rupiah Rp9.100 (sembilan ribu seratus rupiah) per US$, rata-rata suku bunga SBI-3 bulan 7,5% (tujuh koma lima persen), rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$60,0 (enam puluh koma nol dolar Amerika Serikat) per barel, dan rata-rata lifting minyak 1,034 (satu koma nol tiga empat) juta barel per hari. Dalam perkembangannya,  indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai asumsi dasar ekonomi makro tersebut dapat mengalami perubahan sesuai dengan kinerja perekonomian Indonesia dan berbagai perkembangan kondisi perekonomian dunia terkini.
Di tengah kondisi pertumbuhan perekonomian dunia yang mengalami penurunan, perkembangan perekonomian nasional dalam tahun 2008 diperkirakan melambat. Pertumbuhan ekonomi tahun 2008 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan dengan asumsi dalam APBN Tahun Anggaran 2008, yaitu sebesar 6,4% (enam koma empat persen).
Tingkat inflasi dalam tahun 2008 diperkirakan akan mencapai 6,5% (enam koma lima persen), lebih tinggi dibandingkan laju inflasi yang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar 6,0% (enam koma nol persen). Tingkat inflasi ini terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditi pokok seperti kedelai, jagung, gandum, dan minyak goreng, yang dipicu oleh kenaikan harga komoditas pangan dunia. Sementara itu, untuk menghambat kenaikan laju inflasi serta menjaga faktor risiko usaha guna meningkatkan investasi, tingkat suku bunga SBI-3 bulan dalam tahun 2008 diperkirakan sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen), atau sama dengan APBN tahun 2008. Di lain pihak, dengan perkiraan melemahnya dolar Amerika Serikat dan pengelolaan cadangan devisa yang baik, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan sebesar Rp9.100 (sembilan ribu seratus rupiah) per US$, atau sama dengan APBN Tahun 2008.
Selanjutnya, ketidakpastian perkembangan politik internasional, terutama berkaitan dengan ketegangan di kawasan Timur Tengah, telah menyebabkan relatif tingginya harga minyak mentah internasional sehingga asumsi rata-rata harga minyak mentah Indonesia  (ICP) dalam tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi US$95,0 (sembilan puluh lima koma nol dolar Amerika Serikat) per barel. Sementara itu, lifting minyak tahun 2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan asumsinya dalam APBN tahun 2008 yaitu menjadi sebesar 0,927 (nol koma sembilan dua tujuh) juta barel per hari, yang disebabkan semakin menurunnya kemampuan sumur-sumur tua dalam memproduksi minyak (natural declining), serta belum optimalnya produksi ladang-ladang baru.
Berdasarkan perubahan berbagai indikator ekonomi makro dalam tahun 2008 tersebut, serta berbagai perubahan akan kebijakan yang dilakukan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam tahun 2008, maka dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2008 perlu dilakukan penyesuaian atas sasaran-sasaran pendapatan negara dan hibah, belanja negara, defisit anggaran, serta kebutuhan dan sumber-sumber pembiayaan anggaran, agar menjadi lebih realistis dan mampu mendukung pencapaian sasaran-sasaran pembangunan ekonomi tahun 2008.
Meskipun terjadi perubahan pada besaran-besaran asumsi dasar ekonomi makro, yang pada gilirannya berpengaruh pula pada besaran-besaran APBN, namun upaya-upaya untuk menyehatkan APBN melalui pengendalian defisit anggaran pada tingkat yang aman terus dilakukan. Untuk itu, Pemerintah akan melaksanakan langkah-langkah pengamanan APBN yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu: Pertama, optimalisasi pendapatan, yang meliputi penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak dan dividen BUMN. Kedua, penghematan belanja, yang meliputi: (i) penggunaan dana cadangan APBN; (ii) penghematan dan penajaman prioritas belanja kementerian negara/lembaga (K/L); (iii) perbaikan parameter produksi dan konsumsi BBM dan listrik; dan (iv) efisiensi di PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan, di tengah upaya penghematan belanja K/L, terdapat kegiatan K/L yang tidak boleh ditunda pelaksanaannya, yaitu: (a) kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dasar satuan kerja seperti gaji, honorarium, dan tunjangan, serta penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran, (b) kegiatan-kegiatan yang pendanaannya berasal dari hibah, dan (c) kegiatan-kegiatan yang pendanaannya berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) khusus untuk Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Ketiga, pelonggaran defisit dan optimalisasi pembiayaan, melalui penerbitan obligasi/Surat Berharga Negara (SBN) dan optimalisasi pinjaman program. Keempat, program stabilisasi harga melalui: (i) pengurangan beban-beban pajak dan bea masuk atas komoditas pangan strategis, dan (ii) penambahan subsidi pangan.
Subsidi PPN dan Bea Masuk terhadap gandum dan tepung terigu, merupakan kebijakan yang diberikan Pemerintah yang tidak bersifat permanen, tidak dimanfaatkan untuk mencari keuntungan, dan tidak boleh dipergunakan untuk mengimpor di luar kebutuhan normal maksimal selama 6 (enam) bulan. Kebijakan dimaksud dan ketentuan yang mengatur tentang subsidi PPN dan bea masuk terhadap gandum dan tepung terigu selanjutnya dievaluasi oleh DPR RI dalam forum komisi yang mitra kerjanya (kementerian) mengurusi kebijakan fiskal setelah 3 (tiga) bulan pelaksanaan.
Selanjutnya, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara memprioritaskan anggaran pendidikan dalam APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, dengan mengalokasikan sekurang-kurangnya 20,0% (dua puluh koma nol persen) APBN dan APBD untuk pendidikan nasional. Namun mengingat amanat konstitusi untuk memperhatikan berbagai bidang lainnya secara keseluruhan, dalam APBN-P Tahun Anggaran 2008 rasio anggaran pendidikan diperkirakan mencapai sekitar 15,6% (lima belas koma enam persen). Perhitungan anggaran pendidikan tersebut didasarkan atas nilai perbandingan (dalam persen) antara alokasi anggaran pada fungsi pendidikan di dalam belanja negara (termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan) terhadap keseluruhan belanja negara. Definisi ini mengacu pada Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 20 Februari 2008 Nomor 24/PUU-V/2007 perihal pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perhitungan anggaran pendidikan tersebut konsisten dengan amanat dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, pengalokasian anggaran pendidikan harus sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang telah menetapkan fungsi pendidikan (beserta anggarannya) dilimpahkan ke daerah, serta Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mendukung perbaikan kesejahteraan para pendidik.
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara juncto Pasal 16 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008, maka perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 perlu diatur dengan Undang-Undang.

II.    PASAL DEMI PASAL

Pasal I
Angka 1       
Pasal 1
                            Cukup jelas.
Angka 2       
Pasal 2
                              Ayat (1)
Cukup jelas.
                              Ayat (2)
Penerimaan perpajakan semula ditetapkan sebesar Rp591.978.380.000.000,00 (lima ratus sembilan puluh satu triliun sembilan ratus tujuh puluh delapan miliar tiga ratus delapan puluh juta rupiah).
                              Ayat (3)
Penerimaan negara bukan pajak semula ditetapkan sebesar Rp187.236.083.476.000,00 (seratus delapan puluh tujuh triliun dua ratus tiga puluh enam miliar delapan puluh tiga juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah).
                              Ayat (4)
Penerimaan hibah semula ditetapkan sebesar Rp2.139.684.000.000,00 (dua triliun seratus tiga puluh sembilan miliar enam ratus delapan puluh empat juta rupiah).
                             
                            Ayat (5)
Jumlah Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran 2008 semula ditetapkan sebesar Rp781.354.147.476.000,00 (tujuh ratus delapan puluh satu triliun tiga ratus lima puluh empat miliar seratus empat puluh tujuh juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah).
Angka 3           
Pasal 3
                            Ayat (1)
Cukup jelas.
                            Ayat (2)
Penerimaan pajak dalam negeri semula ditetapkan sebesar Rp569.971.680.000.000,00 (lima ratus enam puluh sembilan triliun sembilan ratus tujuh puluh satu miliar enam ratus delapan puluh juta rupiah).
Penerimaan pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai yang ditanggung Pemerintah (DTP) sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tersebut dialokasikan sebagai belanja subsidi pajak dalam jumlah yang sama.
                            Ayat (2a)
Cukup jelas.
                            Ayat (3)
Penerimaan pajak perdagangan internasional semula ditetapkan sebesar Rp22.006.700.000.000,00 (dua puluh dua triliun enam miliar tujuh ratus juta rupiah).
Penerimaan bea masuk yang ditanggung Pemerintah (DTP) sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut dialokasikan sebagai belanja subsidi pajak dalam jumlah yang sama.
Yang dimaksud dengan sektor-sektor tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a antara lain adalah sektor migas, panas bumi, listrik, penerbangan, pelayaran, industri terpilih, dan transportasi publik.
                            Ayat (4)
Penerimaan perpajakan semula ditetapkan Rp591.978.380.000.000,00 (lima ratus sembilan    puluh satu triliun sembilan ratus tujuh puluh     delapan miliar tiga ratus delapan puluh juta rupiah) berubah menjadi sebesar Rp609.227.490.000.000,00 (enam ratus sembilan triliun dua ratus dua puluh tujuh miliar empat ratus sembilan puluh juta rupiah).
                 
Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut
                                                                                            (dalam rupiah)
                         Jenis Penerimaan                          Semula                Menjadi
a. Pajak dalam negeri                          569.971.680.000.000,00        580.248.290.000.000,00
  
4111 Pajak penghasilan (PPh)   305.961.420.000.000,00                               305.015.890.000.000,00
         41111        PPh minyak  bumi dan gas alam
                                    41.649.820.000.000,00 53.649.890.000.000,00
                 411111                      PPh minyak bumi                   
                                     15.125.760.000.000,00 25.665.050.000.000,00
                 411112                           PPh gas alam                   
                                     26.524.060.000.000,00 27.984.840.000.000,00
         41112        PPh nonmigas                   264.311.600.000.000,00                                   251.366.000.000.000,00
                 411121 PPh Pasal 21   39.500.500.000.000,00    39.500.500.000.000,00
                 411122                     PPh Pasal 22 non
                          impor         6.720.800.000.000,00   5.158.800.000.000,00
                 411123 PPh Pasal 22 impor   21.638.140.000.000,00    21.567.300.000.000,00
                 411124 PPh Pasal 23   25.285.130.000.000,00    20.563.500.000.000,00
                 411125                       PPh Pasal 25/29
                          orang pribadi 2.954.800.000.000,00   2.954.800.000.000,00
                 411126                       PPh Pasal 25/29
                          badan    111.161.120.000.000,00   114.073.500.000.000,00
                 411127                            PPh Pasal 26                     17.323.800.000.000,00       19.087.800.000.000,00
                 411128                    PPh final dan fiskal 
                          luar  negeri 39.727.310.000.000,00   28.459.800.000.000,00
   4112       Pajak pertambahan nilai  barang
         dan jasa dan pajak penjualan atas
         barang  mewah (PPN dan PPnBM)   187.626.700.000.000,00 195.464.000.000.000,00
   4113       Pajak bumi dan bangunan (PBB)    24.159.700.000.000,00    25.266.000.000.000,00
   4114       Bea perolehan hak atas tanah dan
         bangunan (BPHTB)     4.852.700.000.000,00   5.431.200.000.000,00
   4115       Pendapatan cukai 44.426.530.000.000,00   45.717.500.000.000,00
         41151        Pendapatan Cukai 44.426.530.000.000,00   45.717.500.000.000,00
                 411511                     Pendapatan Cukai
                          Hasil Tembakau 43.571.000.000.000,00   44.533.900.000.000,00
                 411512                     Pendapatan Cukai
                          Ethyl Alkohol 196.800.000.000,00   451.900.000.000,00
                 411513                     Pendapatan Cukai
                          Minuman Mengandung
                          Ethyl Alkohol 658.730.000.000,00   731.700.000.000,00
   4116       Pendapatan pajak lainnya 2.944.630.000.000,00   3.353.700.000.000,00
b. Pajak perdagangan internasional 22.006.700.000.000,00   28.979.200.000.000,00
   4121       Pendapatan bea masuk 17.940.800.000.000,00   17.820.900.000.000,00
   4122       Pendapatan bea keluar 4.065.900.000.000,00      11.158.300.000.000,00


Angka 4           
                  Pasal 4
                            Ayat (1)
Cukup jelas.
                            Ayat (2)
Penerimaan sumber daya alam semula ditetapkan sebesar Rp126.203.170.475.000,00 (seratus dua puluh enam triliun dua ratus tiga miliar seratus tujuh puluh juta empat ratus tujuh puluh lima ribu rupiah).
                            Ayat (3)
Penerimaan bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara semula ditetapkan sebesar Rp23.404.346.000.000,00 (dua puluh tiga triliun empat ratus empat miliar tiga ratus empat puluh enam juta rupiah).
                            Ayat (4)
Penerimaan negara bukan pajak lainnya semula ditetapkan sebesar Rp37.628.567.001.000,00 (tiga puluh tujuh triliun enam ratus dua puluh delapan miliar lima ratus enam puluh tujuh juta seribu rupiah).
                            Ayat (4a)
Cukup jelas.
                            Ayat (5)
Cukup jelas.
                            Ayat (6)
Penerimaan negara bukan pajak semula ditetapkan sebesar Rp187.236.083.476.000,00 (seratus delapan puluh tujuh triliun dua ratus tiga puluh enam miliar delapan puluh tiga juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah) berubah menjadi sebesar Rp282.814.420.373.000,00 (dua ratus delapan puluh dua triliun delapan ratus empat belas miliar empat ratus dua puluh juta tiga ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah).
                   Rincian Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut :
                                                                                                 (dalam rupiah)

                            Jenis Penerimaan                         Semula          Menjadi

     4211 Pendapatan minyak bumi    84.317.000.000.000,00                   149.111.310.000.000,00
             42111 Pendapatan minyak bumi 84.317.000.000.000,00             149.111.310.000.000,00
     4212 Pendapatan gas alam         33.605.010.000.000,00                   33.835.550.000.000,00
             42121 Pendapatan gas alam 33.605.010.000.000,00                   33.835.550.000.000,00
     4213 Pendapatan pertambangan umum 5.306.410.475.000,00            6.867.814.468.000,00
             421311     Pendapatan iuran tetap 66.608.329.000,00                83.040.373.000,00
             421312     Pendapatan royalti batubara 5.239.802.146.000,00    6.784.774.095.000,00
     4214 Pendapatan kehutanan         2.774.750.000.000,00                   2.774.750.000.000,00
             42141 Pendapatan dana reboisasi 1.271.300.000.000,00            1.271.300.000.000,00
             42142 Pendapatan provisi sumber
                       daya hutan                 1.498.700.000.000,00                   1.498.700.000.000,00
             42143 Pendapatan iuran hak pengusahaan
                       Hutan                                 4.750.000.000,00                   4.750.000.000,00
     4215 Pendapatan perikanan             200.000.000.000,00                   200.000.000.000,00
             421511     Pendapatan perikanan 200.000.000.000,00                200.000.000.000,00
422        Pendapatan Bagian Laba BUMN 23.404.346.000.000,00            31.244.300.000.000,00
     4221 Bagian pemerintah atas laba BUMN 23.404.346.000.000,00       31.244.300.000.000,00
423        Pendapatan PNBP Lainnya 37.628.567.001.000,00                   58.780.695.905.000,00
     42311         Pendapatan penjualan hasil produksi/sitaan   2.623.023.391.000,00            3.382.655.119.000,00
             423111     Pendapatan penjualan hasil pertanian,
                       kehutanan, dan perkebunan 2.510.115.000,00                  2.510.115.000,00
             423112     Pendapatan penjualan hasil
                       peternakan dan perikanan  9.778.910.000,00                   9.778.910.000,00
             423113     Pendapatan penjualan hasil tambang      2.593.589.525.000,00            3.353.221.253.000,00
             423114     Pendapatan penjualan hasil sitaan/
                       rampasan dan harta peninggalan 9.465.178.000,00          9.465.178.000,00
             423115     Pendapatan penjualan obat-obatan
                       dan hasil farmasi lainnya       231.911.000,00                   231.911.000,00
             423116     Pendapatan penjualan  informasi,
                       penerbitan, film, survey, pemetaan
                       dan hasil cetakan lainnya   5.848.788.000,00                   5.848.788.000,00
             423117     Penjualan dokumen-dokumen
                       pelelangan                           234.603.000,00                   234.603.000,00
             423119     Pendapatan penjualan lainnya 1.364.361.000,00        1.364.361.000,00
     42312         Pendapatan penjualan aset 43.913.719.000,00                 43.913.719.000,00
             423121     Pendapatan penjualan rumah,
                       gedung, bangunan, dan tanah 721.529.000,00                  721.529.000,00
             423122     Pendapatan penjualan kendaraan
                       bermotor                           1.813.944.000,00                   1.813.944.000,00
             423123     Pendapatan penjualan sewa beli 30.026.309.000,00  30.026.309.000,00
             423124     Penjualan aset bekas milik asing 10.000.000.000,00  10.000.000.000,00
             423129     Pendapatan penjualan aset lainnya
                       yang berlebih/rusak/dihapuskan 1.351.937.000,00            1.351.937.000,00
     42313         Pendapatan sewa            54.566.090.000,00                   54.566.090.000,00
             423131     Pendapatan sewa rumah dinas/
                       rumah negeri                    15.394.614.000,00                   15.394.614.000,00
             423132     Pendapatan sewa gedung, bangunan,
                       dan gudang                     33.223.785.000,00                   33.223.785.000,00
             423133     Pendapatan sewa benda-benda
                       bergerak                           3.983.254.000,00                   3.983.254.000,00
             423139     Pendapatan sewa benda-benda tak
                       bergerak lainnya                1.964.437.000,00                   1.964.437.000,00
     42314         Pendapatan jasa I     12.774.412.135.000,00                   13.721.817.009.000,00
             423141     Pendapatan rumah sakit dan instansi
                       kesehatan lainnya       2.800.929.603.000,00                   2.800.929.603.000,00
             423142     Pendapatan tempat hiburan/taman/
                       museum dan pungutan usaha
                       pariwisata alam (PUPA)   30.172.066.000,00                   30.172.066.000,00
             423143     Pendapatan surat keterangan, visa,
                       paspor, SIM, STNK, dan BPKB 2.571.036.960.000,00       2.571.036.960.000,00
             423144     Pendapatan hak dan perijinan 4.685.682.977.000,00            5.627.087.851.000,00
             423145     Pendapatan sensor/karantina,
                       pengawasan/pemeriksaan 51.302.889.000,00                   51.302.889.000,00
             423146     Pendapatan jasa tenaga, pekerjaan,
                       informasi, pelatihan, teknologi,
                       pendapatan BPN, pendapatan DJBC
                       (jasa pekerjaan dari cukai) 2.058.115.895.000,00             2.064.115.895.000,00
             423147     Pendapatan jasa Kantor Urusan Agama  68.849.760.000,00                     68.849.760.000,00
             423148     Pendapatan jasa bandar udara,
                       kepelabuhanan, dan kenavigasian 505.864.300.000,00     505.864.300.000,00
             423149     Pendapatan jasa I lainnya 2.457.685.000,00              2.457.685.000,00
     42315         Pendapatan jasa II      2.022.984.414.000,00                   2.025.579.539.000,00
             423151     Pendapatan jasa lembaga keuangan
                       (jasa giro)                        39.923.001.000,00                   39.923.001.000,00
             423152     Pendapatan jasa penyelenggaraan
                       telekomunikasi            1.067.857.143.000,00                   1.069.340.072.000,00
             423155     Pendapatan biaya penagihan pajak-
                       pajak negara dengan surat paksa 3.328.140.000,00          3.328.140.000,00
             423157     Pendapatan bea lelang           31.384.307.000,00       31.384.307.000,00
             423158     Pendapatan biaya pengurusan
                       piutang dan lelang negara 42.269.350.000,00                   42.269.350.000,00
             423159     Pendapatan jasa II lainnya 838.222.473.000,00          839.334.669.000,00
     42316         Pendapatan bukan pajak dari luar negeri       379.409.943.000,00                  379.409.943.000,00
             423161     Pendapatan dari pemberian surat
                       perjalanan Republik Indonesia 56.648.876.000,00             56.648.876.000,00
             423162     Pendapatan dari jasa pengurusan
                       dokumen konsuler          322.761.067.000,00                   322.761.067.000,00
     42317         Pendapatan bunga      1.342.531.103.000,00                   1.342.531.103.000,00
             423179     Pendapatan bunga lainnya 1.342.531.103.000,00       1.342.531.103.000,00
     42321         Pendapatan kejaksaan dan peradilan 33.766.987.000,00  33.766.987.000,00
             423211     Pendapatan legalisasi tanda tangan        1.163.642.000,00                         1.163.642.000,00
             423212     Pendapatan pengesahan surat di
                       bawah tangan                      275.505.000,00                   275.505.000,00
             423213     Pendapatan uang  meja  (leges) dan
                       upah pada panitera badan pengadilan
                       (peradilan)                           676.830.000,00                   676.830.000,00
             423214     Pendapatan hasil denda/tilang dan
                       sebagainya                      20.834.900.000,00                   20.834.900.000,00
             423215     Pendapatan ongkos perkara 9.303.210.000,00           9.303.210.000,00
             423219     Pendapatan kejaksaan dan peradilan
                       lainnya                              1.512.900.000,00                   1.512.900.000,00
     42331         Pendapatan pendidikan 4.599.509.370.000,00                  4.599.509.370.000,00
             423311     Pendapatan uang pendidikan 4.027.998.545.000,00  4.027.998.545.000,00
             423312     Pendapatan uang ujian masuk,
                       kenaikan tingkat, dan akhir pendidikan 23.543.285.000,00            23.543.285.000,00
             423313     Uang ujian untuk menjalankan praktik     25.227.186.000,00                     25.227.186.000,00
             423319     Pendapatan pendidikan lainnya 522.740.354.000,00  522.740.354.000,00
     42341         Pendapatan dari penerimaan kembali belanja
             tahun anggaran berjalan              1.431.993.000,00                   1.431.993.000,00
             423411     Penerimaan kembali belanja pegawai
                       pusat                                                                             996.993.000,00                               996.993.000,00
             423412     Penerimaan kembali belanja pensiun 170.000.000,00            170.000.000,00
             423413     Penerimaan kembali belanja lainnya
                       rupiah murni                          265.000.000,00                   265.000.000,00

     42342         Pendapatan dari penerimaan kembali belanja
             tahun anggaran yang lalu            2.507.502.000,00                   52.591.456.000,00
             423421     Penerimaan kembali belanja pegawai
                       pusat                                                                             983.648.000,00                               983.648.000,00
             423423     Penerimaan kembali belanja lainnya
                       rupiah murni                       1.519.224.000,00                   51.603.178.000,00
             423424     Penerimaan kembali belanja lain
                       pinjaman luar negeri                 4.630.000,00                   4.630.000,00
     42343         Pendapatan laba bersih hasil penjualan BBM 6.456.470.000.000,00          20.590.230.000.000,00
             423432     Pendapatan minyak mentah DMO           6.456.470.000.000,00  9.850.570.000.000,00
             423439     Pendapatan lainnya dari kegiatan
                       Hulu Migas                                                  -           10.739.660.000.000,00
     42344         Pendapatan pelunasan piutang 4.831.411.555.000,00       8.331.411.555.000,00
             423441     Pendapatan pelunasan piutang
                       non-bendahara           4.828.980.000.000,00                   8.328.980.000.000,00
             423442     Pendapatan pelunasan ganti rugi atas
                       kerugian yang diderita oleh negara
                       (masuk TP/TGR) bendahara 2.431.555.000,00                 2.431.555.000,00
     42347         Pendapatan lain-lain    2.006.227.969.000,00                   3.764.881.192.000,00
             423471     Penerimaan kembali persekot/uang
                       muka gaji                          2.066.213.000,00                   2.066.213.000,00
             423472     Penerimaan denda keterlambatan 
                       penyelesaian pekerjaan pemerintah 3.739.322.000,00       3.739.322.000,00
             423473     Pendapatan atas denda administrasi
                       BPHTB                                   38.318.000,00                   38.318.000,00
             423475     Pendapatan denda pelanggaran
                       di bidang pasar modal      12.500.000.000,00                   12.500.000.000,00
             423476     Pendapatan dari gerakan nasional
                       rehabilitasi hutan dan lahan (GNRHL)           325.000.000.000,00     2.083.653.223.000,00
             423477     Pendapatan registrasi dokter/
                       dokter gigi                          2.500.000.000,00                   2.500.000.000,00
             423479     Pendapatan anggaran lain-lain 1.660.384.116.000,00            1.660.384.116.000,00
     42348         Pendapatan Iuran Badan Usaha 429.900.830.000,00        429.900.830.000,00
             423481     Pendapatan iuran badan usaha dan
                       kegiatan usaha penyediaan dan
                       pendistribusian BBM      329.842.200.000,00                   329.842.200.000,00
             423482     Pendapatan iuran badan usaha dan
                       kegiatan usaha pengangkutan gas
                       bumi melalui pipa           100.058.630.000,00                   100.058.630.000,00
     42411         Pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil
             korupsi                                                                                    26.500.000.000,00                     26.500.000.000,00
             424111     Pendapatan uang sitaan hasil korupsi
                       yang telah ditetapkan pengadilan 25.000.000.000,00         25.000.000.000,00
             424112     Pendapatan gratifikasi yang ditetapkan
                       KPK menjadi milik negara  1.500.000.000,00                   1.500.000.000,00

Angka 5           
                  Pasal 5
                            Ayat (1)
Cukup jelas.
                            Ayat (2)
Anggaran belanja pemerintah pusat semula ditetapkan sebesar Rp573.430.679.428.000,00 (lima ratus tujuh puluh tiga triliun empat ratus tiga puluh miliar enam ratus tujuh puluh sembilan juta empat ratus dua puluh delapan ribu rupiah).    
                              Ayat (3)
Anggaran transfer ke daerah semula ditetapkan sebesar Rp281.229.462.718.000,00 (dua ratus delapan puluh satu triliun dua ratus dua puluh sembilan miliar empat ratus enam puluh dua juta tujuh ratus delapan belas ribu rupiah).
                            Ayat (4)
Jumlah anggaran belanja negara Tahun Anggaran 2008 semula ditetapkan sebesar Rp854.660.142.146.000,00 (delapan ratus lima puluh empat triliun enam ratus enam puluh miliar seratus empat puluh dua juta seratus empat puluh enam ribu rupiah).
Angka 6           
                  Pasal 6
                            Ayat (1)
Cukup jelas.
                            Ayat (2)
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi semula ditetapkan sebesar Rp573.430.679.428.000,00 (lima ratus tujuh puluh tiga triliun empat ratus tiga puluh miliar enam ratus tujuh puluh sembilan juta empat ratus dua puluh delapan ribu rupiah).
                            Ayat (3)
Belanja pemerintah pusat menurut fungsi semula ditetapkan sebesar Rp573.430.679.428.000,00 (lima ratus tujuh puluh tiga triliun empat ratus tiga puluh miliar enam ratus tujuh puluh sembilan juta empat ratus dua puluh delapan ribu rupiah).
                            Ayat (4)
Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis belanja sebesar Rp697.071.006.590.000,00 (enam ratus sembilan puluh tujuh triliun tujuh puluh satu miliar enam juta lima ratus sembilan puluh ribu rupiah) termasuk tambahan untuk Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) sebesar Rp1.758.653.223.000,00 (satu triliun tujuh ratus lima puluh delapan miliar enam ratus lima puluh tiga juta dua ratus dua puluh tiga ribu rupiah).
                            Ayat (5)
Dihapus
Angka 7           
                  Pasal 7
                            Cukup jelas.
Angka 8           
                  Pasal 7A
                            Cukup jelas.
                  Pasal 7B
                            Cukup jelas.
Angka 9           
                  Pasal 8A
                            Cukup jelas.

                  Pasal 9
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dana perimbangan semula ditetapkan sebesar Rp266.780.135.210.000,00 (dua ratus enam puluh enam triliun tujuh ratus delapan puluh miliar seratus tiga puluh lima juta dua ratus sepuluh ribu rupiah).
                            Ayat (3)
Dana otonomi khusus dan penyesuaian semula ditetapkan sebesar Rp14.449.327.508.000,00 (empat belas triliun empat ratus empat puluh sembilan miliar tiga ratus dua puluh tujuh juta lima ratus delapan ribu rupiah).


Angka 10       
                  Pasal 10
                            Ayat (1)
Cukup jelas.



                            Ayat (2)
Dana bagi hasil semula ditetapkan sebesar Rp66.070.849.339.000,00 (enam puluh enam triliun tujuh puluh miliar delapan ratus empat puluh sembilan juta tiga ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah).
                            Ayat (3)
Dana alokasi umum semula ditetapkan sebesar Rp179.507.144.871.000,00 (seratus tujuh puluh sembilan triliun lima ratus tujuh miliar seratus empat puluh empat juta delapan ratus tujuh puluh satu ribu rupiah).
                            Ayat (4)
Dana alokasi khusus semula ditetapkan sebesar Rp21.202.141.000.000,00 (dua puluh satu triliun dua ratus dua miliar seratus empat puluh satu juta rupiah).
                            Ayat (5)
Cukup jelas.
                            Ayat (6)
Dana perimbangan sebesar Rp278.436.098.789.000,00 (dua ratus tujuh puluh delapan triliun empat ratus tiga puluh enam miliar sembilan puluh delapan juta tujuh ratus delapan puluh sembilan ribu rupiah), termasuk pembayaran kekurangan dana bagi hasil (DBH) tahun 2007, terdiri dari:
                                                                                               (dalam rupiah)
                                                                 Semula                     Menjadi
1. Dana Bagi Hasil (DBH)      66.070.849.339.000,00    77.726.812.918.000,00
    a.   DBH Pajak                  36.333.640.960.000,00    35.926.214.056.000,00
       i.  DBH Pajak Penghasilan 8.491.060.000.000,00    8.491.255.447.000,00
          - Pajak penghasilan Pasal 21 7.900.100.000.000,00    7.900.290.212.000,00
          - Pajak penghasilan Pasal 25/29
            orang pribadi                  590.960.000.000,00    590.965.235.000,00
       ii. DBH Pajak Bumi dan Bangunan 22.989.880.960.000,00    22.001.916.957.000,00
       iii. DBH Bea Perolehan Hak atas
          Tanah dan Bangunan    4.852.700.000.000,00    5.433.041.652.000,00
    b.   DBH Sumber Daya Alam 29.737.208.379.000,00    41.800.598.862.000,00
       i.  DBH SDA Minyak Bumi 12.850.650.000.000,00    22.235.280.000.000,00
       ii. DBH SDA Gas Bumi    10.770.150.000.000,00    11.363.490.000.000,00
       iii. DBH SDA Pertambangan Umum 4.245.128.379.000,00    6.330.548.862.000,00
          - Iuran Tetap                      53.286.663.000,00    125.477.719.000,00
          - Royalti                        4.191.841.716.000,00    6.205.071.143.000,00
       iv.  DBH SDA Kehutanan   1.711.280.000.000,00    1.711.280.000.000,00
          - Provisi Sumber Daya Hutan 1.198.960.000.000,00    1.198.960.000.000,00
          - Iuran Hak Pengusahaan Hutan 3.800.000.000,00    3.800.000.000,00
          - Dana Reboisasi              508.520.000.000,00    508.520.000.000,00
       v. DBH SDA Perikanan        160.000.000.000,00    160.000.000.000,00
2. Dana Alokasi Umum (DAU) 179.507.144.871.000,00    179.507.144.871.000,00
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) 21.202.141.000.000,00    21.202.141.000.000,00
Angka 11       
                  Pasal 11
                            Ayat (1)
Cukup jelas.
                            Ayat (2)
Dana otonomi khusus sebesar Rp7.510.285.794.000,00 (tujuh triliun lima ratus sepuluh miliar dua ratus delapan puluh lima juta tujuh ratus sembilan puluh empat ribu rupiah), terdiri dari:
1.     Alokasi dana otonomi khusus Papua sebesar Rp3.590.142.897.000,00 (tiga triliun lima ratus sembilan puluh miliar seratus empat puluh dua juta delapan ratus sembilan puluh tujuh ribu rupiah), terutama digunakan untuk pendanaan pendidikan dan kesehatan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, yang jumlahnya setara dengan 2 (dua) persen dari pagu dana alokasi umum (DAU) secara nasional dan berlaku selama 20 tahun sejak tahun 2002. Dana otonomi khusus Papua tersebut diperuntukkan bagi kabupaten, kota, dan provinsi di Provinsi Papua, serta kabupaten dan kota di Provinsi Papua Barat, dengan dasar pembagian menggunakan basis perhitungan jumlah kampung secara proporsional.
2.     Alokasi dana otonomi khusus Aceh sebesar Rp3.590.142.897.000,00 (tiga triliun lima ratus sembilan puluh miliar seratus empat puluh dua juta delapan ratus sembilan puluh tujuh ribu rupiah) untuk mendanai pembangunan, terutama pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun sejak 2008, dengan rincian: untuk tahun pertama sampai dengan tahun kelima belas besarnya setara dengan 2 (dua) persen dari pagu dana alokasi umum (DAU) secara nasional, dan untuk tahun keenam belas sampai dengan tahun kedua puluh besarnya setara dengan 1 (satu) persen dari pagu dana alokasi umum (DAU) secara nasional.
3.     Dana tambahan infrastruktur Provinsi Papua sebesar Rp330.000.000.000,00 (tiga ratus tiga puluh miliar rupiah), terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur, sesuai dengan Pasal 34 ayat (3) huruf f Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.
                            Ayat (3)
Dana penyesuaian semula ditetapkan sebesar Rp6.939.041.714.000,00 (enam triliun sembilan ratus tiga puluh sembilan miliar empat puluh satu juta tujuh ratus empat belas ribu rupiah) berubah menjadi sebesar Rp6.476.415.500.000,00 (enam triliun empat ratus tujuh puluh enam miliar empat ratus lima belas juta lima ratus ribu rupiah), terdiri dari:
1.     Dana penyeimbang DAU sebesar Rp242.835.500.000,00 (dua ratus empat puluh dua miliar delapan ratus tiga puluh lima juta lima ratus ribu rupiah), yang dialokasikan kepada daerah tertentu yang mengalami penurunan DAU sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) atau sampai dengan 100% (seratus persen) dibandingkan dengan perolehan DAU tahun 2007 di luar dana penyesuaian.
2.     Dana tunjangan kependidikan sebesar Rp1.200.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus miliar rupiah) yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka mendanai kebutuhan tunjangan kependidikan bagi guru.
3.     Dana sarana dan prasarana Provinsi Papua Barat sebesar Rp670.000.000.000,00 (enam ratus tujuh puluh miliar rupiah) yang dialokasikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat, untuk pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana fisik.
4.     Dana infrastruktur sarana dan prasarana sebesar Rp4.163.580.000.000,00 (empat triliun seratus enam puluh tiga miliar lima ratus delapan puluh juta rupiah) yang dialokasikan kepada daerah tertentu sebagai penguatan desentralisasi fiskal melalui penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana fisik, serta sarana lainnya yang juga menjadi urusan daerah.

5.     Dana alokasi cukai sebesar Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah) yang dialokasikan kepada daerah penghasil cukai tembakau untuk melaksanakan penugasan dari Pemerintah dalam rangka mengurangi cukai palsu (cukai ilegal), sosialisasi peraturan dan pemetaan industri rokok sesuai amanat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai.


Angka 12       
                  Pasal 12
                            Ayat (1)
Jumlah Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran 2008 semula ditetapkan sebesar Rp781.354.147.476.000,00 (tujuh ratus delapan puluh satu triliun tiga ratus lima puluh empat miliar seratus empat puluh tujuh juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah), jumlah Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 semula ditetapkan sebesar Rp854.660.142.146.000,00 (delapan ratus lima puluh empat triliun enam ratus enam puluh miliar seratus empat puluh dua juta seratus empat puluh enam ribu rupiah), dan Defisit Anggaran Tahun Anggaran 2008 semula ditetapkan sebesar Rp73.305.994.670.000,00 (tujuh puluh tiga triliun tiga ratus lima miliar sembilan ratus sembilan puluh empat juta enam ratus tujuh puluh ribu rupiah).
Defisit Anggaran Tahun Anggaran 2008 berubah dari semula  Rp73.305.994.670.000,00 (tujuh puluh tiga triliun tiga ratus lima miliar sembilan ratus sembilan puluh empat juta enam ratus tujuh puluh ribu rupiah) menjadi sebesar Rp94.503.260.500.000,00 (sembilan puluh empat triliun lima ratus tiga miliar dua ratus enam puluh juta lima ratus ribu rupiah).
Rincian defisit anggaran Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut:
                                                                                                                                                                                          (dalam rupiah)
                                                                    Semula                  Menjadi
Pendapatan Negara dan Hibah 781.354.147.476.000,00                           894.990.546.173.000,00
Belanja Negara     854.660.142.146.000,00                           989.493.806.673.000,00
Defisit Anggaran    -73.305.994.670.000,00                       -94.503.260.500.000,00

                            Ayat (2)
a.  Pembiayaan dalam negeri semula ditetapkan sebesar Rp89.975.295.500.000,00 (delapan puluh sembilan triliun sembilan ratus tujuh puluh lima miliar dua ratus sembilan puluh lima juta lima ratus ribu rupiah);
b.  Pembiayaan luar negeri neto semula ditetapkan sebesar negatif Rp16.669.300.830.000,00 (enam belas triliun enam ratus enam puluh sembilan miliar tiga ratus juta delapan ratus tiga puluh ribu rupiah).
                            Ayat (3)
Pembiayaan defisit anggaran sebesar Rp94.503.260.500.000,00 (sembilan puluh empat triliun lima ratus tiga miliar dua ratus enam puluh juta lima ratus ribu rupiah) terdiri dari:
1.     Pembiayaan dalam negeri sebesar Rp107.616.860.500.000,00 (seratus tujuh triliun enam ratus enam belas miliar delapan ratus enam puluh juta lima ratus ribu rupiah) terdiri dari:
                   (dalam rupiah)                                                                                                    
                                                                              Semula           Menjadi
a. Perbankan dalam negeri 300.000.000.000,00              -11.700.000.000.000,00
b. Non-perbankan dalam negeri 89.675.295.500.000,00     119.316.860.500.000,00
i. Privatisasi  (neto)  1.500.000.000.000,00                             500.000.000.000,00
ii.                        Penjualan aset program
   restrukturisasi perbankan 600.000.000.000,00                          3.850.000.000.000,00
iii. Surat berharga negara (neto) 91.575.295.500.000,00                      117.790.000.000.000,00
iv.                    Dana investasi pemerintah                  -4.000.000.000.000,00 -2.823.139.500.000,00
Pembiayaan perbankan dalam negeri terdiri dari :
i.         Penggunaan rekening dana investasi sebesar Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus miliar rupiah), dan
ii.       Penambahan saldo anggaran lebih (SAL) yang disimpan pada rekening pemerintah di Bank Indonesia sebesar Rp12.000.000.000.000,00 (dua belas triliun rupiah).
Surat berharga negara (SBN) neto merupakan selisih antara penerbitan dengan pembayaran pokok dan pembelian kembali. Penerbitan SBN tidak hanya dalam mata uang rupiah di pasar domestik, tetapi juga mencakup penerbitan SBN dalam valuta asing di pasar internasional.
Komposisi jumlah dan jenis instrumen SBN yang akan diterbitkan, pembayaran pokok dan pembelian kembali SBN, akan diatur lebih lanjut oleh pemerintah dengan mempertimbangkan situasi yang berkembang di pasar, sampai dengan target neto pembiayaan SBN tercapai.
Untuk mendukung pembangunan transportasi di Ibukota Negara Republik Indonesia, Pemerintah memberikan jaminan pembangunan proyek monorail di Jakarta. Dalam rangka mendukung pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW  (sepuluh ribu megawatt) berbahan bakar batu bara oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN), Pemerintah memberikan jaminan penuh atas kewajiban pembayaran pinjaman PT PLN kepada kreditur perbankan. Jaminan Pemerintah tersebut diberikan dengan memperhitungkan risiko fiskal yang mungkin terjadi ke depan. Jaminan tersebut akan diperhitungkan sebagai pinjaman pemerintah kepada PT PLN apabila terealisir.
Pencairan dana penjaminan infrastruktur dalam belanja lain-lain mengikuti pencairan dana dukungan infrastruktur, yang sekarang disebut dana investasi Pemerintah, yang telah berjalan selama ini. 
Dana investasi pemerintah sebesar  negatif Rp2.823.139.500.000,00 (dua triliun delapan ratus dua puluh tiga miliar seratus tiga puluh sembilan juta lima ratus ribu rupiah) termasuk dana restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2.     Pembiayaan luar negeri neto sebesar negatif Rp13.113.600.000.000,00 (tiga belas triliun seratus tiga belas miliar enam ratus juta rupiah), terdiri dari:
                   (dalam rupiah)                                                                                                  
                                                                                Semula          Menjadi
a. Penarikan pinjaman luar negeri
                                          (bruto)                   42.989.310.000.000,00                                          48.141.300.000.000,00
i.  Pinjaman program 19.110.000.000.000,00                          26.390.000.000.000,00
ii. Pinjaman proyek  23.879.310.000.000,00                          21.751.300.000.000,00
b. Pembayaran cicilan pokok utang
                                          luar negeri            -59.658.610.830.000,00                  -61.254.900.000.000,00
Pembiayaan luar negeri mencakup pembiayaan utang luar negeri selain dari Surat berharga negara internasional. 
Angka 13       
                  Pasal 14
                            Ayat (1)
Yang dimaksud dengan keadaan tertentu adalah:
1.   Keadaan darurat, yaitu keadaan yang sulit direncanakan, baik dari aspek saat kejadian dan/atau aspek kebutuhan dana pada saat   kejadian, yang memungkinkan adanya risiko politik, ekonomi, dan sosial yang besar manakala kebutuhan dana tidak dapat dipenuhi pada saat kejadian.
2.   Keadaan yang menyebabkan adanya tambahan kewajiban negara yang timbul akibat perubahan asumsi indikator ekonomi makro (harga minyak, lifting, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia tiga bulan) yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Kewajiban dimaksud berupa pembayaran pokok dan bunga utang, subsidi bahan bakar minyak, serta subsidi listrik. Hal ini dilakukan selain untuk menghindari adanya tagihan-tagihan kepada Pemerintah pada tahun-tahun mendatang, juga dalam upaya menjaga kinerja arus kas bagi pihak-pihak terkait, dalam hal ini BUMN yang menerima penugasan dari Pemerintah.
                              Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “perubahan yang signifikan” adalah apabila perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam satu tahun di atas US$100 (seratus dolar Amerika Serikat) per barel yang berdampak pada pelampauan beban subsidi.
Yang dimaksud dengan “langkah-langkah kebijakan dan/atau langkah-langkah lainnya” meliputi langkah-langkah kebijakan dalam rangka pengendalian volume BBM bersubsidi, kebijakan harga BBM bersubsidi, dan/atau kebijakan fiskal lainnya yang terkait.
Angka 14   
                       Pasal 15
                                 Cukup jelas.
Angka 15   
                       Pasal 16
                                 Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas


TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4848

0 comments:

Posting Komentar