Otomatis

Kita harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita berusaha mengenal orang lain. kita harus mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita mengoreksi orang lain. kita tidak dapat merubah suatu masyarakat, tetapi jika masing-masing kita memperbaiki diri sendiri maka mungkin masyarakat tersebut juga akan berubah dengan sendirinya.

Perpres Nomor 23 Tahun 1996

                      PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)
                                              NOMOR 23 TAHUN 1996
                                                         TENTANG
                                        PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI

                                      PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a.       bahwa dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, diatur ketentuan mengenai wewenang Pejabat Bea dan Cukai;

b.       bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dipandang perlu mengatur pelaksanaan kewenangan Pejabat Bea dan Cukai dalam melakukan penindakan di bidang cukai dengan Peraturan Pemerintah;

Mengingat:
1.       Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2.       Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor  3613);

                                                    MEMUTUSKAN :

Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI.

                                                            BAB  I

                                                  KETENTUAN UMUM

                                                           Pasal  1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1.       Undang-undang adalah Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995  tentang  Cukai.

2.       Pabrik adalah tempat tertentu termasuk bangunan, halaman dan lapangan yang merupakan bagian daripa­danya, yang dipergunakan untuk menghasilkan Barang Kena Cukai dan/atau untuk mengemas Barang Kena Cukai dalam kemasan untuk penjualan eceran.

3.       Tempat Penyimpanan adalah tempat, bangunan, dan/atau lapangan yang bukan merupakan bagian dari Pabrik, yang dipergunakan untuk menyimpan Barang Kena Cukai berupa etil alkohol yang masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan, dijual, atau diekspor.
         
4.       Tempat Penjualan Eceran adalah tempat untuk menjual secara eceran Barang Kena Cukai kepada konsumen akhir.

5.       Penindakan adalah tindakan berupa penghentian, pemeriksaan, penegahan dan/atau penyegelan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dalam rangka pelaksanaan Undang-undang.

6.Penghentian adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk menghentikan pengangkut dan/atau sarana pengangkut guna kepentingan pemerik­saan Barang Kena Cukai yang dibawanya.

7.Pemeriksaan adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang meliputi :

          a.pemeriksaan  atas sarana pengangkut Barang Kena Cukai;

          b.pemeriksaan atas bangunan dan/atau tempat-tempat lain yang di dalamnya terdapat Barang Kena Cukai.

          c.pemeriksaan atas pembukuan, untuk keperluan audit di bidang cukai.

8.Penegahan adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai terhadap  :

          a.Barang Kena Cukai, berupa penundaan pengeluaran, pemuatan, dan pengangkutannya; dan

          b.sarana pengangkut Barang Kena Cukai, berupa pencegahan keberangkatan sarana pengangkut, kecuali sarana pengangkut umum.

9.Penyegelan adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk mengunci, menyegel dan/atau melekatkan tanda pengaman yang diperlukan guna pengamanan cukai.

10.Sarana pengangkut adalah alat yang digunakan untuk  mengangkut barang dan/atau orang, yang meliputi alat  angkutan  darat, perairan atau udara.

11.Pengangkut adalah setiap orang yang menjalankan sarana pengangkut yang diatasnya terdapat Barang Kena Cukai.

                                                            Pasal 2

(1)Untuk menjamin hak-hak Negara dan dipatuhinya ketentuan Undang-undang, Pejabat Bea dan Cukai mempunyai wewenang untuk melakukan penindakan di bidang Cukai sebagai upaya untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran Undang-undang.

(2)Penindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :

          a.Penghentian dan pemeriksaan terhadap sarana pengangkut;

          b.Pemeriksaan terhadap Barang Kena Cukai, bangunan atau tempat lain yang berkaitan dengan Barang Kena Cukai, atau pembukuan;

          c.Penegahan terhadap Barang Kena Cukai dan/atau sarana pengangkut; dan/atau

          d.Penyegelan, penguncian, dan/atau pelekatan tanda pengaman yang diperlukan.

                                                            BAB  II

                                                     PENGHENTIAN

                                                            Pasal 3

Pejabat Bea dan Cukai berwenang menghentikan sarana pengangkut secara  selektif  berdasarkan  informasi  adanya  Barang Kena Cukai yang diduga belum atau tidak memenuhi kewa­jiban yang diatur dalam Undang-undang.

                                                            Pasal 4

(1)Atas perintah atau permintaan dari Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan penghentian, pengangkut wajib menghentikan kendaraannya.

(2)Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan tindakan penghentian wajib menunjukan surat perintah dan kartu identitas diri kepada pengangkut.

                                                            Pasal 5

Penghentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 segera diikuti dengan pemeriksaan sarana pengangkut dan barang yang berada di atasnya yang diduga merupakan Barang Kena Cukai yang belum atau tidak memenuhi kewaji­ban yang diatur dalam Undang-undang.

                                                           BAB  III

                                                     PEMERIKSAAN

                                                            Pasal 6

Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan terhadap :

a.sarana pengangkut dan barang yang berada di atasnya, sebagai kelanjutan dari tindakan penghentian;

b.bangunan atau tempat-tempat lain, dalam hal terdapat informasi adanya Barang Kena Cukai yang diduga belum atau tidak memenuhi kewajiban yang diatur dalam Undang-undang atau dalam rangka pelaksanaan tugas rutin berdasarkan Undang-undang;

c.pembukuan, dalam hal terdapat informasi adanya Barang Kena Cukai yang diduga belum atau tidak memenuhi kewajiban yang diatur dalam Undang-undang atau dalam rangka pelaksanaan tugas rutin berdasarkan Undang-undang.

                                                            Pasal 7

Terhadap sarana pengangkut yang disegel oleh penegak hukum lain atau dinas pos, tidak dilakukan  pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf (a).

                                                            Pasal 8

Pemeriksaan sarana pengangkut sebagai­mana dimaksud dalam Pasal 6 huruf (a), segera diikuti dengan tindakan :

a.penegahan atas sarana pengangkut beserta Barang Kena Cukai yang diangkutnya apabila ditemukan adanya pelanggaran, dan kepada pengangkut diberikan surat bukti penindakan berupa penghentian, pemeriksaan dan penegahan.

b.mengizinkan pengangkut beserta sarana pengangkut berikut Barang Kena Cukai yang ada diatasnya untuk meneruskan perjalanannya, apabila tidak ditemukan adanya pelanggaran.

                                                            Pasal 9

Pemeriksaan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, meliputi pemeriksaan terhadap :

a.Pabrik, Tempat Penyimpanan atau tempat-tempat lain yang digunakan untuk menyimpan Barang Kena Cukai yang belum dilunasi cukainya atau memperoleh pembebasan cukai;

b.Bangunan atau tempat lain yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan bangunan atau tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan

c.Tempat Penjualan Eceran atau tempat-tempat lain yang bukan rumah tinggal,  yang didalamnya terdapat Barang Kena Cukai.

                                                           Pasal 10

Pemeriksaan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, segera diikuti dengan tindakan :

a.penyegelan atas bangunan atau Barang Kena Cukai apabila ditemukan adanya pelanggaran, dan kepada pengusaha atau pemilik bangunan diberikan surat bukti penindakan berupa pemeriksaan dan penyegelan.

b.pemberian bukti penindakan berupa pemeriksaan kepada pengusaha atau pemilik bangunan, apabila tidak ditemukan adanya pelanggaran.

                                                           Pasal 11

Pemeriksaan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c untuk keperluan audit di bidang cukai, meliputi :

a.pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen yang diwajibkan oleh Undang-undang;
b.pemeriksaan pembukuan perusahaan yang berkaitan dengan Barang Kena Cukai; dan
c.pencacahan sediaan Barang Kena Cukai dan pita cukai.

                                                           Pasal 12

Pemeriksaan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, segera diikuti dengan tindakan :

a.penyegelan terhadap bukti-bukti pelanggaran dan penerbitan surat tagihan, apabila ditemukan adanya pelanggaran yang mengakibatkan kewajiban pembayaran cukai dan/atau sanksi administrasi berupa denda, dan kepada pengusaha atau pelanggar diberikan surat bukti penindakan berupa pemeriksaan dan penyegelan.

b.penyegelan terhadap bukti-bukti pelanggaran dan pelimpahan kepada penyidik dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari, apabila ditemukan adanya pelanggaran yang diduga merupakan tindak pidana, dan kepada pengusaha atau pelanggar diberikan surat bukti penindakan berupa pemeriksaan dan penyegelan.

c.pemberian surat bukti penindakan berupa pemeriksaan kepada pengusaha, apabila tidak ditemukan adanya pelanggaran.

                                                            BAB IV

                                                      PENCEGAHAN

                                                           Pasal 13

(1)Penegahan dilakukan apabila dari hasil pemeriksaan oleh Pejabat Bea dan Cukai atas Barang Kena Cukai dan/atau sarana pengangkut didapati belum atau tidak dipenuhinya kewajiban yang diatur dalam Undang-undang.

(2)Penegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diikuti dengan tindakan penyegelan dalam hal Barang Kena Cukai dan/atau sarana pengangkut dapat disegel.

(3)Apabila penyegelan tidak mungkin dilakukan, Barang Kena Cukai dan/atau sarana pengangkut disimpan di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(4)Penegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam jangka waktu:

          a.paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak dilakukan penetapan pengenaan cukai dan/atau sanksi administrasi, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengakibatkan kewaji­ban pembayaran cukai dan/atau sanksi administrasi berupa denda;

          b.paling lama 7 (tujuh) hari sejak dilakukan penegahan yang dilanjutkan dengan pelimpahan kepada penyidik, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat dugaan kuat terjadi tindak pidana.

                                                           Pasal 14

Barang-barang yang ditegah dikuasai oleh negara dan berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

                                                           Pasal 15

Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak dilakukan penetapan pengenaan cukai dan/atau sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4) huruf a, yang bersangkutan tidak memenuhi kewajiban pembayaran cukai dan/atau sanksi administrasi tersebut, maka terhadap:

a.Barang Kena Cukai, dimusnahkan;
b.sarana pengangkut, dikembalikan kepada pemilik;
c.piutang negara, diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara.

                                                            BAB V

                                                      PENYEGELAN

                                                           Pasal 16

(1)Penyegelan dapat dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai terhadap :

          a.Barang Kena Cukai dan/atau sarana pengangkut Barang Kena Cukai;
          b.Bagian-bagian dari Pabrik, Tempat Penyimpanan, Tempat Penjualan Eceran, atau tempat-tempat lain yang di dalamnya terdapat Barang Kena Cukai; dan
          c.Bukti-bukti pelanggaran terhadap ketentuan dalam Undang-undang.

(2)Penyegelan dapat dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai:

          a.apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Undang-undang;
          b.apabila tidak diperlukan penjagaan, pengawasan atau penga­walan secara terus-menerus oleh Pejabat Bea dan Cukai terhadap objek penyegelan; dan
          c.apabila diperlukan guna kepentingan  pengamanan dalam rangka pengawasan rutin.

                                                           Pasal 17

(1)Kunci, segel, atau tanda pengaman yang telah dipasang tidak boleh dibuka, dilepas, atau dirusak tanpa izin Pejabat Bea dan Cukai.

(2)Pemilik atau pihak yang menguasai Barang Kena Cukai, sarana pengangkut Barang Kena Cukai, bangunan atau tempat-tempat yang disegel oleh Pejabat Bea dan Cukai seba­gaimana dimaksud dalam Pasal 16 wajib menjaga agar semua kunci, segel, atau tanda pengaman tersebut tidak rusak, lepas, atau hilang.

                                                           Pasal 18

Penyegelan atas Barang Kena Cukai, sarana pengangkut dan bangunan berakhir dan segel dapat dibuka apabila :

a.batas akhir penegahan telah dilampaui;

b.yang bersangkutan telah menyelesaikan kewajiban pembayaran cukai dan/atau denda administrasi yang terhutang; atau

c.penyegelan tidak diperlukan lagi untuk pengawasan rutin.

                                                            BAB VI

                                    SURAT PERINTAH DAN SURAT BUKTI
                                                       PENINDAKAN

                                                           Pasal 19

Untuk  melaksanakan penindakan berupa penghentian, pemeriksaan, penegahan, dan/atau penyegelan, Pejabat Bea dan Cukai harus dilengkapi dengan surat perintah dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

                                                           Pasal 20

Surat perintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 se­kurang-kurangnya memuat :

a.Nama pejabat yang diberi perintah;
b.Alasan dan tujuan penindakan;
c. Jangka waktu berlakunya surat perintah; dan
d. Kewajiban pelaporan hasil penindakan.

                                                           Pasal 21

(1)Surat perintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 tidak diperlukan, dalam hal :

          a.pemeriksaan atas bangunan atau tempat-tempat lain yang digunakan untuk menyimpan Barang Kena Cukai yang belum dilunasi cukainya atau memperoleh pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Undang-undang, yang berdasarkan penunjukan secara tetap dilaku­kan pengawasan oleh Pejabat Bea dan Cukai;
          b.yang sangat mendesak untuk menghentikan dan memeriksa orang dan/atau sarana pengangkut yang  berdasarkan informasi diduga melanggar ketentuan dalam Undang-undang.
(2)Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan tindakan seba­gaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b segera mela­porkan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 x 24 jam dengan membawa orang atau sarana pengangkut ke Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terdekat.

                                                           Pasal 22

Atas setiap penindakan terhadap Barang Kena Cukai, dibuatkan surat bukti penindakan yang disampaikan kepada pihak yang terhadapnya dilakukan penindakan.

                                                           Pasal 23

Bentuk surat perintah dan surat bukti penindakan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

                                                           BAB  VII

                                               KETENTUAN PENUTUP

                                                           Pasal 24

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan ketentuan  dalam Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Menteri Keuangan.

                                                           Pasal 25

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempa­tannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

                                                            Ditetapkan di Jakarta
                                                            pada tanggal 2 April 1996
                                                            PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

                                                                                SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 April 1996
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
          REPUBLIK INDONESIA

                    MOERDIONO


                                                       PENJELASAN
                                                             ATAS
                          PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                                              NOMOR 23 TAHUN 1996
                                                         TENTANG
                                        PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI

UMUM

Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dinyatakan kewenangan Pejabat Bea dan Cukai untuk mengambil tindakan yang diperlukan atas Barang Kena Cukai berupa penghen­tian, pemeriksaan, penegahan, dan penyegelan serta kewenangan menegah sarana pengangkut Barang Kena Cukai untuk dipenuhinya ketentuan yang ada di dalamnya. Tata cara penindakan tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Sesuai dengan penjelasan  Undang-undang, kewenangan Pejabat Bea dan Cukai untuk mengambil tindakan tersebut adalah dalam rangka melaksanakan tugas administrasi di bidang cukai.
Atas dasar hal tersebut di atas, maka dalam Peraturan Pemerintah ini kewenangan Pejabat Bea dan Cukai untuk melaksana­kan penindakan atas Barang Kena Cukai diatur tata caranya secara lebih jelas, agar dapat dijadikan pedoman sehingga dapat dicapai daya guna dan hasil guna yang optimal sesuai dengan tuntutan rasa keadilan, memberikan  kepastian hukum, lebih menjamin kepentingan masyarakat dan menciptakan iklim usaha yang dapat lebih mendukung laju pembangunan nasional serta dapat menghin­darkan tindakan sewenang-wenang dari Pejabat Bea dan Cukai.

PASAL DEMI PASAL

Pasal  1
          Cukup jelas

Pasal  2
          Ayat (1)
                    Cukup jelas

          Ayat (2)
                    Cukup jelas

Pasal  3
Mengingat tindakan penghentian dapat berakibat tertundanya pengangkutan Barang Kena Cukai serta menimbulkan kerugian bagi pihak yang terkait, maka kewenangan Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan penghentian dibatasi dan dilakukan secara selektif hanya terhadap Barang Kena Cukai yang berdasarkan informasi diduga belum memenuhi persyaratan administrasi yang diwajibkan oleh Undang-undang.

Pasal 4
          Ayat (1)
                    Cukup jelas

          Ayat (2)
                    Cukup jelas  

Pasal  5
          Cukup jelas

Pasal  6
          Huruf a
                    Cukup jelas

          Huruf b
                    Cukup jelas

          Huruf c
          Pembukuan yang dimaksud dalam Pasal ini adalah pembu­kuan yang diwajibkan oleh Undang-undang serta pembukuan perusahaan sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku.

Pasal  7
Yang dimaksud dengan penegak hukum lain adalah penegak hukum dari instansi di luar Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, seperti dari  Kepolisian dan Kejaksaan.

Pasal  8
          Cukup jelas

Pasal  9
Pemeriksaan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini termasuk pemeriksaan terhadap mesin, peralatan, dan Barang Kena Cukai yang berada di dalamnya.

          Huruf a
          Yang dimaksud dengan tempat-tempat lain dalam huruf ini adalah tempat atau ruangan yang dipergunakan oleh orang atau badan hukum yang mendapatkan fasilitas untuk menyimpan Barang Kena Cukai yang belum dilunasi cukainya.
          Huruf b
          Pada prinsipnya buku, catatan, dokumen, serta Barang Kena Cukai yang belum dilunasi cukainya harus berada di tempat-tempat yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri, guna pengamanan cukainya.
          Dalam hal buku, catatan, dokumen, dan/atau Barang Kena Cukai yang seharusnya disimpan di tempat-tempat seba­gaimana dimaksud pada huruf a ternyata pada waktu pemeriksaan kedapatan disimpan atau ada dugaan disimpan di tempat-tempat yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengannya, baik yang berupa bangunan atau rumah tinggal, maka Pejabat Bea dan Cukai berwenang memeriksanya sebagai kelanjutan dari proses pemeriksaan bangunan sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

          Huruf c
          Ketentuan pada ayat ini dalam rangka kewenangan Pejabat Bea dan Cukai dalam lingkup administrasi.
          Apabila ada informasi atau kecurigaan kuat adanya suatu tindak pidana pelanggaran ketentuan Undang-undang telah atau sedang berlangsung di suatu rumah tinggal, maka untuk melakukan pemeriksaan atas rumah tinggal bukan lagi wewenang Pejabat Bea dan Cukai, melainkan wewenang Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 Undang-undang.

Pasal  10
          Cukup jelas

Pasal  11
          Cukup jelas

Pasal  12
          Cukup jelas

Pasal  13
Penegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini tidak dilakukan terhadap sarana pengangkut umum.

          Ayat (1)
                    Cukup jelas

          Ayat (2)
                    Cukup jelas

          Ayat (3)
                    Cukup jelas

          Ayat (4)
                    Huruf a
                    Penetapan pengenaan cukai dan/atau sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud dalam huruf ini adalah penetapan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya.

                    Huruf b
                    Penyerahan kepada Penyidik dimaksudkan agar kasus tersebut diproses lebih lanjut pembuktiannya untuk keperluan penuntutan ke Pengadilan. Penyi­dik adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direk­torat Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal  14
          Cukup jelas

Pasal  15
          Huruf a
          Mengingat Barang Kena Cukai merupakan barang yang perlu diawasi dan dibatasi konsumsinya, maka terhadap Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam huruf ini perlu dimusnahkan.

          Huruf b
          Mengingat sasaran akhir penegahan adalah Barang Kena Cukai, maka sudah semestinya sarana pengangkut dikembalikan kepada yang bersangkutan.

          Huruf c
          Pungutan cukai dan denda administrasi yang terhutang merupakan piutang negara, oleh karena itu apabila atas piutang tersebut tidak dilunasi oleh yang  bersangkutan, maka penyelesaiannya diteruskan kepada instansi yang berwenang untuk itu, dalam hal ini Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

Pasal  16
          Ayat (1)
                    Cukup jelas

          Ayat (2)
          Penyegelan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai adalah merupakan suatu tindakan preventif untuk mengamankan obyek penyegelan agar tetap dalam kondisi seperti semula sebelum penyegelan dilakukan. Dalam praktek pelaksanaannya disamping untuk pengamanan terhadap obyek tersebut sebagai kelanjutan dari pada proses penindakan berupa pemeriksaan dan penegahan karena adanya pelanggaran dari pada Undang-undang, tindakan penyegelan ini juga dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dalam rangka melaksanakan tugas-tugas rutin dalam pengamanan/pengawasan di bidang cukai, misalnya :

                    -penyegelan atas ruangan-ruangan/tempat-tempat penimbunan Barang Kena Cukai yang belum dilunasi cukainya.

                    -penyegelan atas Tempat Penyimpanan Barang Kena Cukai apabila tidak ada kegiatan dan tidak dimungkinkan pega­wai Bea dan Cukai secara terus menerus bertugas mengawa­si tempat tersebut.

                    -penyegelan atas Barang Kena Cukai dan/atau sarana pen­gangkut yang membawa Barang Kena Cukai yang belum dilu­nasi cukainya dari pabrik ke Tempat Penimbunan sementara (TPS) dalam rangka ekspor, dari pabrik ke pabrik lainnya, dari pabrik ke Tempat Penyimpanan dan seba­gainya.
Pasal  17
          Ayat (1)
                    Cukup jelas

          Ayat (2)
                    Cukup jelas

Pasal  18
          Cukup jelas

Pasal  19
          Cukup jelas

Pasal  20
          Cukup jelas

Pasal  21
          Ayat (1)
                    Huruf a
                              Cukup jelas

                    Huruf b
                    Ketentuan ini memberikan kewenangan kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan tindakan atas suatu pelang­garan ketentuan dalam Undang-undang.
                    Tanpa adanya kewenangan yang diberikan, dikhawatirkan pelaku beserta barang bukti pelanggaran akan lari sebelum Pejabat Bea dan Cukai mendapatkan surat perin­tah yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

          Ayat (2)
                    Cukup jelas

Pasal  22
Surat bukti penindakan dimaksudkan untuk memberikan kepas­tian hukum bagi pihak-pihak yang terkena penindakan maupun bagi Pejabat Bea dan Cukai.

Pasal  23
          Cukup jelas

Pasal  24
          Cukup jelas

Pasal  25
          Cukup jelas

                                              ‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑‑

                                                          CATATAN

Kutipan:LEMBAR LEPAS SETNEG TAHUN 1996

Sumber:LN 1996/38; TLN NO. 3628

0 comments:

Posting Komentar