Otomatis

Kita harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita berusaha mengenal orang lain. kita harus mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita mengoreksi orang lain. kita tidak dapat merubah suatu masyarakat, tetapi jika masing-masing kita memperbaiki diri sendiri maka mungkin masyarakat tersebut juga akan berubah dengan sendirinya.

Abdoel Moeis

Abdoel Moeis

Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Sumatera Barat tahun 1886, meninggal di Bandung, Jawa Barat pada 17 Juli 1959) adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Dia dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 218 Tahun 1959, tanggal 30 Agustus 1959)
Pendidikan terakhirnya adalah menamatkan pendikan di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta Dia pernah bekerja sebagai klerk di Departemen Buderwijs en Eredienst dan menjadi wartawan di Bandung pada surat kabar Belanda, Preanger Bode dan majalah Neraca pimpinan Haji Agus Salim.

Pada tahun 1912 menjadi ia menjadi salah satu pendiri Kaoem Moeda dan sempat menjadi Pemimpin Redaksi, kemudian mendirikan surat kabar Kaoem Kita pada 1924.

Ia juga pernah menjadi anggota Volksra Pendidikan terakhirnya adalah menamatkan pendikan di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta. Dia pernah bekerja sebagai klerk di Departemen Buderwijs en Eredienst dan menjadi wartawan di Bandung[2] pada surat kabar Belanda, Preanger Bode dan majalah Neraca pimpinan Haji Agus Salim.

Pada tahun 1912 menjadi ia menjadi salah satu pendiri Kaoem Moeda dan sempat menjadi Pemimpin Redaksi, kemudian mendirikan surat kabar Kaoem Kita pada 1924.

Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad pada tahun 1918 mewakili Centraal Sarekat Islam.
Selain itu ia juga pernah aktif dalam Syarikat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad atau Dewan Rakyat yang pertama (1920-1923). Setelah kemerdekaan, ia turut membantu mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan yang fokus pada pembangunan di Jawa Barat dan masyarakat Sunda.
Ia dimakamkan di TMP Cikutra - Bandun. pada pada tahun 1918 mewakili Centraal Sarekat Islam.

Selain itu ia juga pernah aktif dalam Syarikat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad atau Dewan Rakyat yang pertama (1920-1923). Setelah kemerdekaan, ia turut membantu mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan yang fokus pada pembangunan di Jawa Barat dan masyarakat Sunda.

Pada tahun 1919, seorang Pengawas Belanda di Sulawesi Utara dibunuh ketika Abdoel Muis baru saja melengkapi pidato kelilingnya di sana. Akibatnya, dia dimasukkan ke dalam penjara.
  • Mengecam tulisan orang-orang Belanda yang sangat menghina bangsa Indonesia melalui tulisannya di harian berbahasa Belanda, De Express
  • Pada tahun 1913, menentang rencana pemerintah Belanda dalam mengadakan perayaan peringatan seratus tahun kemerdekaan Belanda dari Perancis melalui Komite Bumiputera bersama dengan Ki Hadjar Dewantara
  • Tahun 1919 ia pernah dipenjara ketika seorang Pengawas Belanda di Sulawesi Utara dibunuh ketika Abdoel Moeis baru saja melengkapi pidato kelilingnya di sana.
  • Pada tahun 1922, memimpin pemogokan kaum buruh di daerah Yogyakarta sehingga ia diasingkan ke Garut, Jawa Barat selama tiga tahun
  • Mempengaruhi tokoh-tokoh Belanda dalam pendirian Technische Hooge School - Institut Teknologi Bandung (ITB)

Karya-karyanya

  • Salah Asuhan (novel, 1928, difilmkan Asrul Sani, 1972),diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Robin Susanto dan diterbitkan dengan judul Never the Twain oleh Lontar Foundation sebagai salah satu seri Modern Library of Indonesia
  • Pertemuan Jodoh (novel, 1933)
  • Surapati (novel, 1950)
  • Robert Anak Surapati(novel, 1953)
  • Don Kisot (karya Cerpantes, 1923)
  • Tom Sawyer Anak Amerika (karya Mark Twain, 1928)
  • Sebatang Kara (karya Hector Melot, 1932)
  • Tanah Airku (karya C. Swaan Koopman, 1950)
Ia dimakamkan di TMP Cikutra - Bandun.


0 comments:

Posting Komentar